Selasa, 31 Maret 2015

Tentang Aku dan Impianku

Jika ditanya, kenapa sih jalanin bisnis?
Gaji Apotekernya kurang? Gaji gurunya kurang? Atau masih kurang sibuk?
Jika dihitung hitung, Alhamdulillah cukup untuk makan dan sehari hari. Alhamdulillah juga cukup sibuk juga dengan kerjaan rumah sebagai IRT 3 anak.

Tapi dalam hidupku sekarang, bukan hanya untuk dirirku, tapi ada mereka keluarga kecilku (suami dan ketiga anakku), ada juga keluarga besarku (ayah, mama, bapak mertua, mama mertua, kakak kakak, adik adikku dan adik adik iparku), ada sanak saudara, kerabat dan lingkungan sekitar.
Awalnya pengen punya bisnis, emang sih untuk mencukupi kebutuhan keluarga kecilku. Gimana nih supaya bisa hidup mandiri, ga nebeng di rumah mertua lagi. Gimana nih supaya bisa bayar cicilan hutang. Gimana nih supaya punya tabungan buat pendidikan anak anak.

Tapiii, namanya juga manusia yaah.. Keinginannya nambah terusss, hehe..
Ga bisa nutup mata nutup telinga, kalo ternyata keluarga terdekat kita juga punya impian yang ingin diwujudkannya. Seperti si abang Fari (anak pertamaku) yang ngebet banget pengen punya mobil. Tiap hari yang diomongin mobil melulu. Dia sudah ngebayangin kalo nanti punya mobil, abi pegang setir, umi duduk didepan sambil pangku dedek Khanza, nanti abang duduk di belakang sama kakak Balqis. Maunya mobilnya yang 3 baris, biar bisa ngajakin kakek sama nenek juga, enti entinya juga. Dia juga pengen banget bisa mudik naik mobil ketemu Oma sama Datuknya di Jambi, jadi jalan jalan naik mobilnya bisa lama (kan jauuh ^_^). Mungkin karena kangen juga sudah lama ga ketemu, cuma ditelpon aja ngobrolnya. Daaan, kalo nelpon Oma/Datuknya, pasti yang diomongin tentang mobil juga (dasar si abang)
Ini nih, yang bikin uminya jadi ngebet kejar CRV gratisan. Sabar ya nak, umi baru dapat gantungan kunci gratisnya aja. Mobilnya belum ;)

Ga bisa enggak mikirin juga kalo bapak mertua punya impian ke Tanah Suci. Pengen banget bisa Umroh. Di kamar beliau sudah terpajang gambar Ka'bah. Sudah sejak lama..
Ga bisa enggak mikirin juga kalo aku masih punya adik dan adik ipar yang masih kuliah dan perlu dibantu.
Itu tuh harus terwujud dalam waktu dekat ini. Kalo nabung dari gaji? Kapan ya bisa kumpul?
Belum lagi, kepengen dong anak anak nanti bisa sekolah yang tinggi, kuliah, atau terserah mereka nanti kepengen lanjutin pendidikan dimana dan kemana. Pastinya ada biayanya dong yaa..

Impian punya tempat praktik sendiri. Bisa berpartner dengan teman sejawat sekaligus suami untuk membangun Apotek yang ideal, yang bisa dijadikan sarana kesehatan bagi masyarakat sekitar.

Daaan, masih banyak lagi hal hal lain dan impian lain yang harus diwujudkan. Kebanyakan atau ketinggian yah mimpinya? Hehe, gapapa dong yaa..

Kalo ada yang bilang, "Jangan ketinggian deh mimpinya, entar jatuhnya sakit loh!!!" Kalo aku bilang sih mimpi aja setinggi tingginya, mumpung gratiisss, hehe.. Tapii, jangan lupa, siapin tuh MATRAS banyak banyak dibawahnya, biar kalo jatuh ga sakit sakit banget, ga sampe patah tulang atau patah semangat. Biar bisa BANGKIT lagi buat manjat dan meraih mimpi mimpinya. Trus, apa tuh matrasnya? Yaah, IMAN kitalah matrasnya. Jadi ga sampe frustrasi atau putus asa yaah..

Kalo JATUH, ya tinggal BANGUN aja lagi. JATUH lagi? BANGUN aja lagi.. dst sampe IMPIAN sudah dalam genggaman.
Jadiii, jangan TAKUT buat bermimpi ya temaaansss

Have a nice dream yaa
Met malem semuuaah

To be continued (Kisah Kasih Mencari Bisnis)

Sri Rezeki
SMS/WA 08119625168
BBM 52000CEB
@pojok kamar 18/03/2015 02:11

Sabtu, 28 Maret 2015

Warna hidupku “as a teacher”

Warna hidupku “as a teacher

Tahun ajaran baru 2010/2011 yang menjadi awal transisi berikutnya kehidupanku. Kembali berpindah kota dan mencoba profesi baru sebagai seorang Guru.
Mendapat informasi dan tawaran dari seorang teman semasa kuliah untuk menjadi tenaga pengajar di salah satu SMK di kota Cirebon. Tidak pernah menyangka akan ada kesempatan merasakan menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa.
Rasa khawatir, tidak Pede, grogi dan kawan-kawannya itu, sempat melintas dibenakku. Bisakah? Mungkinkah? Dapatkah aku menjadi seorang guru yang bisa menjadi teladan? Seorang guru yang dicintai siswanya? Seperti aku menyayangi seorang guru SMU-ku yang kebetulan namanya sama denganku. Karena menjadi seorang guru, buatku bukan hanya sebagai pemberi materi pelajaran didepan kelas. Banyak fungsi lain yang entahlah apa aku sanggup menjadi pendidik, pembimbing dan teladan.
Hari itu hari pertamaku mengajar. Belum ada materi yang kusampaikan. Hanya sekedar perkenalan. Seperti siswa SMA pada umumnya yang jarang bisa tenang alias rame kayak pasar, merupakan PR buatku. Metode belajar seperti apa yang harus kupakai? Strategi apa yang harus kugunakan agar siswa mampu menyerap materi yang kuberikan. Tentunya jangan sampai membosankan.
Awalnya ada rasa gugup ketika berbicara didepan kelas (entah para siswa menyadari atau tidak). Padahal ini bukan pengalaman pertama memberi pelajaran didepan kelas. Dulu semasa kuliah sempat juga bergantian dengan teman Asisten yang lain untuk menjelaskan materi didepan ruangan laboratorium. Jika dulu yang dihadapi adalah adik-adik angkatan, tanpa ada kewajiban lain yang menyertai, jadi dibawa santai saja. Mungkin rasa gugup itu timbul karena kali ini aku berdiri sebagai seorang GURU dengan segala hal dan tanggung jawab yang menyertainya.
Hari-hari berikutnya aku mulai enjoy dan menikmati mengajar. Suasana sekolah, para siswa, teman2 guru dan staf karyawan.
Namun ada keterbatasan yang menghalangiku untuk terus mengajar disana. Baru satu semester kujalani pekerjaan yang menyenangkan buatku. Tapi jarak yang cukup jauh dari rumah ke sekolah, membuatku harus berhenti dan mencari sekolah lain yang jaraknya lebih dekat. Resiko di perjalanan, dan kondisi badan yang capek ketika sampai rumah membuatku tidak mampu mengurus 2 buah hatiku. Sering aku tertidur lebih dahulu dari mereka.
Walaupun berat rasanya berpisah dengan para siswa yang sudah terlanjur dekat denganku. Sedih rasanya tidak bisa ikut membimbing mereka di sekolah itu lagi. Tapi aku tetaplah seorang ibu yang juga memiliki 2 orang anak didik dirumah. Yang merupakan tanggung jawabku karena telah diberi amanah dari Yang Kuasa.

Terbayang kesan manis yang melekat ketika di SMK Cipto Cirebon.

@pojok kamar 10/09/2012